Kabupaten Sorong

BAPPERIDA Sosialisasikan Inovasi “MAYAM WUSU KAMBIT”: Upaya Pelestarian Budaya Moi Menuju Malamoi Berbudaya

20 September 2024
116
Sorong, 4 September 2024 — Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (BAPPERIDA) Kabupaten Sorong secara resmi meluncurkan inovasi “MAYAM WUSU KAMBIT” yang berarti “Menyapa Budaya Moi, Wujudkan Malamoi Berbudaya”. Program ini disosialisasikan dalam sebuah kegiatan budaya yang diselenggarakan di Gedung Serbaguna Aimas dan dihadiri oleh tokoh adat, budayawan, pelajar, dan perwakilan OPD se-Kabupaten Sorong. Inovasi ini hadir sebagai upaya nyata pemerintah daerah dalam menjaga dan mengembangkan warisan budaya suku Moi yang merupakan masyarakat adat asli di wilayah Kabupaten Sorong. Melalui pendekatan kultural, edukatif, dan partisipatif, program ini mendorong pelestarian bahasa, seni, adat istiadat, serta nilai-nilai lokal dalam pembangunan daerah. Kepala BAPPERIDA Kabupaten Sorong dalam sambutannya menjelaskan bahwa MAYAM WUSU KAMBIT merupakan bagian dari strategi besar pengarusutamaan budaya dalam perencanaan pembangunan. “Kami ingin budaya Moi tidak hanya dikenal di masa lalu, tetapi hidup, berkembang, dan hadir di tengah pembangunan Kabupaten Sorong masa kini dan masa depan,” tegasnya. Salah satu bentuk konkret dari inovasi ini adalah penyelenggaraan Dialog Budaya Moi, pelatihan seni tari dan musik tradisional di sekolah-sekolah, serta pendokumentasian cerita rakyat dalam bentuk buku dan media digital. Kegiatan ini dilakukan secara kolaboratif bersama komunitas adat, lembaga pendidikan, dan organisasi kepemudaan. Program ini juga mendorong penggunaan bahasa Moi dalam acara resmi pemerintah dan ruang publik tertentu sebagai bentuk penghargaan terhadap identitas lokal. Selain itu, BAPPERIDA bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk memasukkan materi muatan lokal budaya Moi dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah. Dalam acara sosialisasi, turut ditampilkan pertunjukan tarian tradisional Moi, pembacaan puisi berbahasa daerah, dan pameran hasil kerajinan tangan dari berbagai kampung adat. Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat yang antusias menyaksikan kekayaan budaya mereka ditampilkan secara terbuka. Tokoh adat Moi, Obet Wamafma, menyampaikan apresiasinya atas inisiatif ini. Ia menyebut bahwa inovasi MAYAM WUSU KAMBIT menjadi ruang penting bagi generasi muda untuk mengenal dan mencintai warisan leluhurnya. “Kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi? Budaya Moi harus terus hidup, bukan disimpan di museum,” ujarnya. BAPPERIDA juga menggandeng kalangan akademisi dan peneliti untuk melakukan riset partisipatif terkait budaya Moi, termasuk pemetaan situs budaya, inventarisasi bahasa lokal, serta kajian potensi budaya sebagai daya tarik wisata berbasis kearifan lokal. Selain melestarikan budaya, program ini juga bertujuan menciptakan ruang interaksi lintas generasi, mendorong kreativitas berbasis tradisi, dan menanamkan nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan cinta tanah air yang kuat dalam masyarakat. MAYAM WUSU KAMBIT diproyeksikan menjadi salah satu inovasi unggulan daerah dalam bidang kebudayaan yang bisa direplikasi di wilayah lain di Tanah Papua. Pemerintah Kabupaten Sorong menargetkan program ini menjadi bagian dari Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan yang akan diintegrasikan dalam RPJMD mendatang. Sebagai bentuk keberlanjutan, BAPPERIDA akan membentuk Forum Budaya Malamoi yang beranggotakan perwakilan adat, seniman, akademisi, dan pemerintah daerah untuk mengawal pelaksanaan program dan memastikan bahwa pelestarian budaya berjalan seiring dengan pembangunan fisik dan ekonomi. Dengan inovasi MAYAM WUSU KAMBIT, Kabupaten Sorong membuktikan bahwa pembangunan tidak hanya soal infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga tentang menjaga identitas, memperkuat akar budaya, dan mewariskan nilai luhur kepada generasi masa depan. Malamoi yang berbudaya bukan sekadar mimpi, tapi cita-cita yang sedang diwujudkan bersama.